Rabu, 07 Juni 2017

laooran praktikum pestisida acara 1



BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Petani di Indonesia saat ini sedang dikeributi masalah yaitu organism penggangu tanaman. Tidak sedikit petani yang dirugikan akibat serangan OPT yang sangat tak terkendali. Bahkan terkadang petani sangat kesulitan untuk menyelamatkan tanaman-tanamannya agar tidak rusak. Bahkan dalam skala industri pun sudah merasakan dampak dari serangan OPT. untuk lebih lanju OPT ini lebih kita sebut dengan hama dan penyakit tanaman. Salah satu contoh hama banyak dari kelas serangga, walaupun hanya sebagian serangga yang berperan menjadi hama. Sedangkan contoh dari penyakit yaitu dari bakteri, jamur, virus, dan nematoda (Dirjen Bina Produksi Tanaman,2002)
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian.
Pestisida kimia merupakan salah satu upaya pengendalian hama. Penggunaan pestisida kimia tersebut dilakukan dengan cara penyemprotan (untuk formulasi cair), pengabutan (untuk formulasi serbuk) maupun penebaran (untuk formulasi

granuler). Penggunaan pestisida kimia disukai petani karena hasilnya dapat segera dilihat, pelaksanaannya mudah dan praktis serta dapat dibeli dengan mudah di toko/kios sarana pertanian di pedesaan. Walaupun pestisida kimia ini merupakan bahan kimia yang berbahaya dan beracun bagi kesehatan petani, konsumen, musuh alami dan bagi lingkungannya. Oleh karena itu, penggunaan pestisida oleh petani harus hati-hati, bijaksana dan dibatasi serta aplikasinya mengikuti prinsip 5 tepat yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat sasaran, tepat waktu serta tepat tempat (Mugnisjah, 1995)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh. Pestisida mencakup bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad hidup merugikan manusia, serta tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnyan agar kerugian dan gangguan dapat ditekan seminim mungkin (Mulyani, dan Sumatera, 1982).
Berbagai pestisida yang dikenal terutama dibidang pertanian, kesehatan masyarakat dan kesehatan veteriner adalah insektisida (racun serangga), fungisida (racun cendawan/jamur), herbisida (racun gulma), akarisida (racun tungau dan caplak), rodentisida (racun binatang pengerat), nematisida (racun nematode), termitisida (racun rayap), helmitisida (racun cacing) dan lain – lain . Penggolongan umum pestisida menurut matsumura (1985) dibedakan menjadi kelompok insektisida, activator/sinergis, pembawa/pencampur/perata, atraktan, repelen, pengatur tumbuhan, kemmosterilan, penghalang sintesis khitin. Sedangkan asal pestisida bias berupa pestisida sintetik dan organic. Golongan bias berupa arsen, flourida, hidrokarbon berklor, nitrofenol.
Penggolongan pestisida berdasarkan cara masuk: Kulit, biasanya disebut sebagai racun kontak. Melalui mulut dan saluran makanan.Melelui pernafasan (fumigan).Pestisida dapat digolongkan sebagai: Racun sistemik, artinya racun yang dapat diserap melalui system organisme misalnya melalui akar atau daun kemudian diserap kedalam jaringan tanaman yang akan bersentuhan atau dimakan oleh hama sehingga akan terjadi keracunan.Racun kontak, langsung dapat diserap melalui kulit pada saat pemberian pestisida atau dapat pula organ target keracunan karena adannya residu beberapa waktu setelah penyemprotan formulasi pestisida (Pracaya, 1993 ).
Pestisida adalah bentuk teknis sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan hasil pengolahan yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan penggunaan, dan efektifitas pestisida. Formulasi pestisida yang umum saat ini adalah: EC (emulsifiable concentrate), merupakan larutan pekat pestisida yang diberi pengemulsi untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari butiran butiran kecil minyak dalam air, S (solution, larutan dalam air), WP (wettable powder) merupakan bahan kimia yang berbentuk tepung dan diberi bahan yang memudahkan larut dalam air, F (Flowtable Suspension) insektisida dicampur dengan dust pengencer dan sedikit air sehingga partikel tidak mengeras dan mudah bercampur air, SP (water soluble powder) adalah bahan insektisida yang berbentuk bubuk atau pellet dan kadang  diberi campuran dust dan wetting agent, ULV (Ultra Low Volume Concentrate) adalah insektisida yang dilarutkan kedalam sedikit pelarut yang tidak memerlukan pengencern lagi. Biasanya ULV digunakan pada areal  yang sangat luas, Dust merupakan pestisida bentuk debu, tepung yang merupakan Formulasi pestisida yang disederhanakan tanpa perlu diencerkan, G (Granular atau butiran), FM, Fertilizer Mix yaitu merupakan campuran pestisida dan pupuk( Pracaya, 1993 ).

BAB III METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa 29 November 2016 pukul 14.00 sampai selesai wita. Bertempat di laboratorium mikrobiologi fakultas pertanian universitas mataram.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Praktikum
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis menulis
3.2.2 Bahan Praktikum
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :  pupuk kimia dan pupuk organik berbentuk tepung, cair, pasta, butiran, dan lain – lain.
3.3 Prosedur Kerja
1.      Di siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.      Disediakan Insektisida diatas meja praktikum
3.      Dicatat keterangan yang tertera pada pestisida.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum


4.2 Pembahasan
Pada pengendalian penyakit mengenal istilah formulasi,suspensi dan emulsi.  Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan bahan lainnya dengan kadar dan bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja sebagai Pestisida sesuai dengan tujuan yang direncanakan.  Pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual, yang dimaksud dengan formulasi (formulated product), ialah komposisi dan bentuk pestisida yang dipasarkan. Pestisida yang terdapat dipasaran umumnya tidaklah merupakan bahan aktif 100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahan yang tidak aktif 100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahn yang tidak aktif (inert ingridient) juga da yang berisi campuran dari 2 atau lebih pestisida.  Emulsi pekat (emulsible atau emulsifiable concentrates, EC.) adalah larutan pekat pestisida yang diberi emulsifier (bahan pengemulsi) untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak dalam air ini merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen (sabun) yang menyebabkan penyebaran butir- butir kecil minyak secara menyeluruh dalam air pengencer. Emulsi pekat dibuat dalam dua sediaan, yaitu kepekatan rendah (1-10% bahan aktif), dan kepekatan tinggi (10-80% bahan aktif .  Suspensi merupakan beberapa bahan aktif pestisida hanya larut pada pelarut organik tertentu. Untuk mengatasi hal ini bahan murninya harus dicampur dengan serbuk tertentu dan sedikit air  sehingga terbentuk campuran pestisida dengan serbuk halus yang basah. Campuran ini dapat bercampur rata jika dilarutkan di dalam air sebelum disemprotkan(Marwoto, 1992)
Menurut cara kerja(gerak) insektisida/pestisida pada tanaman setelah diaplikasikan, dapat dibedakan menjadi :
a)      Insektisida sistemik
Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang atau daun. Selanjutnya, insektisida sistemik tersebut mengikuti gerakan cairan tanaman dan ditrasportasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya, baik ke atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yan baru tumbuh. Contoh insektisida sistemik adalah furatiokarb, fosfamidon, isolan, karbofuran, dan monokrotofos.
b)      Insektisida nonsistemik
Insektisida nonsistemik setelah diaplikasikan (misalnya disemprotkan) pada tanaman sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di bagian luar tanaman. Contoh insektisida adalah dioksikarb, diazinon, diklorvos, profenofos, dan quinalfos (Djojosumarto, 2008).
Menurut cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran dibedakan menjadi tigakelompok insektisida sebagai berikut:
a)      Racun lambung (racun perut, stomach poison)
Adalah insektisida-insektisida yang membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya, insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang mematikan (misalnya ke susunan syaraf serangga). Oleh karena itu, serangga harus terlebih dahulu memakan tanaman yang sudah disemprot dengan insektisida dalam jumlah yang cukup untuk membunuhnya.
b)      Racun kontak
Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit (bersinggungan langsung). Serangga hama akan mati bila bersinggungan (kontak langsung) dengan insektisida tersebut.
c)      Racun pernapasan
Adalah insektisida yang bekerja lewat saluran pernapasan. Serangga hama akan mati bila menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup(Triharso, 2004).

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.      Menurut cara  kerja  ( gerak )  insektisida/pestisida dibagi menjadi Insektisida sistemik dan non sistemik
2.      Menurut cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran tiga kelompok insektisida yaitu : Racun lambung (racun perut, stomach poison), Racun kontak dan racun pernapasan.


DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto, P . 2008Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Marwoto. 1992. Pestisida kimia. Erlangga: Jakarta.
Matsumura. 1985. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Mulyani, S. dan M. Sumatera. 1982. Masalah Residu Pestisida pada Produk Hortikultura. Simposium Entomologi, Bandung 25 – 27 September 1982.
          Pracaya.1993. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebas Swadaya. Jakarta.
                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar